Varian skuter bertransmisi otomatis (skutik) menjadi varian paling laris.
"Sepanjang 2015 lalu, penjualan baru menggeliat di semester kedua. Karena pada awal-awal semester pertama hingga bulan kedua di kuartal kedua semester itu, banyak orang yang ragu-ragu karena ketidakpastian kondisi yang ada," tutur Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala saat dihubungi di Jakarta, Kamis (14/1/2015).
Pada saat itu, lanjutnya, masyarakat masih ragu-ragu untuk membeli sepeda motor karena dibayangi harga bahan pangan kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan. Sebagian lainnya merasa was-was terkena kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama yang bekerja di sektor manufaktur dan jasa.
"Karena saat itu, sejumlah perusahaan mengaku ada kesulitan dengan berbagai penyebab sehingga menyatakan akan melakukan PHK," ucap Sigit.
Sementara, stimulan untuk menggenjot perekonomian masih belum terasa karena masih melakukan konsolidasi dan penataan nomenklatur. Walhasil, penyerapan anggaran dan pelaksanaan kegiatan ekonomi produktif yang dipicu oleh belanja pemerintah belum terjadi.
Selain faktor-faktor itu, anjloknya harga komoditas perkebunan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi seperti karet, sawit, kakao, dan lainnya turut menekan penjualan di daerah-daerah tersebut. Padahal, wilayah itu merupakan penyumbang penjualan terbesar di luar Pulau Jawa.
Data AISI menunjukkan, sepanjang 2015 penjualan varian skutik mencapai 4.877.725 unit, varian bebek 858.240 unit, dan sport 744.190 unit.
"Varian bebek masih banyak penggemarnya, baik di Jawa maupun luar Jawa. Peminat varian itu tidak hanya di pedesaan atau wilayah dengan kondisi infrastruktur jalan yang sulit saja, tetapi juga di kota," kata Sigit. (arf/ddn)
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
Berita Lainnya Harian Bingo
0 comments:
Post a Comment