Wartel, Riwayatmu Kini

Posted By Sendal on Monday, January 11, 2016 | Monday, January 11, 2016

JAKARTA - Sebelum maraknya penggunaan smartphone seperti sekarang ini, sebagian besar masyarakat masih mengandalkan warung telefon (Wartel) untuk berkomunikasi.

Di medio 2000-an, Wartel dapat dengan mudah kita temui di setiap sudut kota. Warung yang menyediakan layanan panggilan jarak jauh itu menjadi tulang punggung perekonomian warga kala itu.

Konsumennya bermacam-macam, ada suami yang menelpon keadaan istrinya yang sedang bekerja di Arab atau pemuda yang ingin mengobrol dengan sang pujaan hati.

Pada waktu itu, dipastikan orang yang mempunyai usaha wartel pasti akan sejahtera. Bagaimana tidak, larisnya usaha ini adalah kepraktisan dan biayanya yang tak mahal. Cukup membayar Rp10 ribu per jam, Anda sudah bisa menggunakan kamar bicara umum (KBU).

Seperti dituturkan Deni (40), seorang pengusaha wartel dan warnet di daerah Paseban, Jakarta Pusat. Menurutnya, wartel kini tidak lagi diminati oleh sebagian besar masyarakat, terutama warga Jakarta. Selain biaya operasional yang tidak sedikit, kehadiran ponsel pintar yang semakin murah turut memperkeruh keadaan.

"Usaha ini saya buka di 2000-an, saat itu laris sekali. Kami sampai membuka hingga larut malam untuk mengakomodasi keinginan masyarakat," ujarnya kepada Okezone, Senin (11/1/2015).

Matanya menerawang melihat kondisi tersebut. Ia masih ingat dengan sangat jelas, betapa ramainya usahanya kala itu, hingga Deni bisa memenuhi kebutuhan keluarganya lebih dari cukup.

Setelah masa-masa keemasan, wartel pun meredup. Dia mengalihkan usahanya menjadi warung Internet (Warnet), hal tersebut dilakukan untuk menutupi kebutuhan hidup.

"Akhir 2010, saya putuskan menutup wartel ini, karena banyak yang sudah punya handphone. Apalagi provider banyak yang pasang tarif murah, kini saya menjalankan usaha warnet, walaupun popularitas warnet juga menurun belakangan ini," tuturnya.

Kini usaha tersebut mati satu persatu karena kehadiran ponsel pintar yang sangat multifungsi. Para pengusaha wartel harus mencari lahan usaha lain untuk mencari nafkah. Seleksi alam kadang memang tidak mengenal siapapun, tergantung dari mana kita bisa beradaptasi.

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.

http://ift.tt/eA8V8J

Berita Lainnya Harian Bingo
Blog, Updated at: Monday, January 11, 2016

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts