REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Cara pedagang asongan dalam membawa dagangannya, ternyata mampu menginspirasi unit Instalasi Farmasi RSI Sultan Agung Semarang dalam meningkatkan kualitas layanannya. Melalui inovasi 'cangcimen' (red: kacang, kwaci, dan permen) mampu mengantar unit ini meraih predikat 'Gunung Emas' dalam Festival Kaizen RSI Sultan Agung Semarang, belum lama ini.
Kepala Bagian Farmasi RSI Sultan Agung, Ida Ayu Ariessanti, mengatakan, ‘cangcimen’ merupakan pengelompokan obat-obatan dalam satu kotak yang bisa dibawa ke mana- mana oleh petugas farmasi. Diakui, cara ini terinspirasi oleh perilaku dan kebiasaan pedagang asongan yang selalu membawa bermacam-macam barang dagangannya, hanya dalam satu kotak wadah.
“Inovasi ini muncul dari permasalahan lamanya menunggu racikan penyiapan obat- obatan di instalasi farmasi RSI Sultan Agung,” ujar Ida di Semarang, Rabu (13/4).
Dengan menerapkan pola ‘cangcimen’ ala pengasong ini, ia mengatakan, ternyata mampu memangkas waktu tunggu berkisar 30 sampai dengan 60 menit, untuk setiap pasien di rumah sakit yang membutuhkan layanan unit Instalasi Farmasi.
Sehingga, inovasi ini mampu membawa perubahan yang positif dalam rangka memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. “Bahkan pola ini mampu memberikan tingkat kepuasan bagi para pasien,” ujarnya.
Di samping Instalasi Farmasi, predikat ‘Gunung Emas’ juga diraih unit Sultan Agung Eye Center (SEC) melalui inovasi meniadakan nomor antrian bagi pasien refraksi. Sebagai gantinya, unit ini melakukan penambahan pengaturan job (pekerjaan) bagi petugas medis refraksi agar mampu menangani status catatan medis pasien per dokter.
“Meniadakan nomor antrian refraksi membuat waktu tunggu pasien untuk pelayanan di ruang dokter atau tindakan medis seperti operasi menjadi lebih cepat,” kata staf Sultan Agung Eye Center, Tirtanti Siwi Ariana.
Berita Lainnya Harian Bingo
0 comments:
Post a Comment