Review Target: Konsep Menarik, Eksekusi Serba Tanggung

Posted By Sendal on Saturday, June 30, 2018 | Saturday, June 30, 2018

https://ift.tt/2Kov3Vp

Raditya Dika membawa konsep yang kreatif dan menarik ke dalam film Target, tapi tidak berjalan dengan baik sebab eksekusinya serba tanggung. Simak dalam review Target berikut ini.

Melihat pergeseran film-film Raditya Dika ini sebenarnya menarik. Film-filmnya belakangan seolah lebih eksperimental (seperti Hangout) daripada film-film awal kariernya sebagai sutradara (Single dan Koala Kumal).

Dari novel dan film lamanya, Radit menciptakan ciri khasnya tersendiri, yakni penggunaan persona dunia nyata ke dalam cerita fiksi dan self-depreciating jokes alias humor yang menertawakan diri sendiri. Tanpa disadari, unsur ke-“aku”-an Radit selalu terasa di setiap film-filmnya.

Hal itu kemudian menjadi berhasil dalam Koala Kumal (2016) sebab ciri khasnya tersebut cocok dan sejalan dengan tema film yang dibawakan. Sementara dalam Hangout yang lebih eksperimental, Radit gagal memadukan komedi ciri khasnya dengan tema film yang bergenre thriller.

Kegagalan Radit kemudian berlanjut tahun ini sebab film Target juga baik cerita maupun tema tak berbeda jauh. Mengapa ia gagal? Sebelum review Target ini berlanjut, simak sinopsisnya dahulu sebagai berikut.

Sinopsis

Pada suatu hari, sejumlah selebritas dari berbagai kalangan dipanggil untuk bermain dalam film berjudul Target. Maksudnya, ada film lain berjudul Target dalam film Target ini.

Selain judul filmnya yang juga sama, para aktor dan aktris di dalamnya juga berlakon menjadi dirinya sendiri. Mereka ada sembilan orang, yakni Raditya Dika, Cinta Laura Kiehl, Samuel Rizal, Willy Dozan, Abdur Arsyad, Hifdzi Khoir, Ria Ricis, Romy Rafael, dan Anggika Bolsterli.

Mereka dikumpulkan di dalam suatu rumah tak berpenghuni dan belakangan menyadari kalau mereka sedang dijebak dalam permainan hidup dan mati. Siapa yang berhasil bertahan hidup dan juga, siapa dalang di balik permainan maut ini?

Konsep Menarik tapi Humornya Eksklusif

review Target

Perlu diakui, film Raditya Dika membawa konsep yang menarik ke dalam filmnya ini. Setidaknya, ada dua film yang kental pengaruhnya, Saw (film franchise sejak 2004) dan The Hunger Games (2012). Kalau mau ditarik sedikit ke belakang, ada film survival Battle Royale (2000).

Konsep tersebut sebenarnya jadi lebih menjanjikan dengan tiap lakon yang memerankan persona dirinya sendiri di dunia nyata. Pun cerita-cerita yang berkelindan di antara mereka juga diambil dari kisah-kisah dunia selebritas.

Samuel Rizal contohnya berakting seperti orang brengsek, congkak, dan egois, sama seperti perannya sebagai Adit dalam Eiffel… I’m in Love (2003), film yang mengorbitkan namanya dulu.

Willy Dozan yang dulunya aktor laga kelas kakap (film-filmnya antara lain Crystal Fist, Kera Sakti, Kung Fu Zombie), kini telah berumur dan di dalam film Target ini, berakting ngondek dan anti-kekerasan.

Setidaknya dari modal karakter tersebut, film Target sudah cukup menarik.


CONTINUE READING BELOW


Apa yang problematik dari mengaburkan batas dunia nyata dengan fiksi seperti film ini adalah soal inside jokes-nya.

Inside jokes ini maksudnya adalah lelucon-lelucon eksklusif yang hanya dimengerti oleh suatu segmentasi saja. Dalam hal Target, lelucon tersebut eksklusif dimengerti oleh mereka yang rutin mengikuti kabar selebritas tanah air.

Misalnya, kalau kamu bukan netizen Youtube dan tidak kenal siapa itu Ria Ricis, tentu saja tidak akan nyambung saat Anggika Bolsterli melempar lelucon tentang squishy pada Ricis.

Di tempat yang sama, namun jika dilihat dari sisi yang berbeda, kamu barangkali akan tertawa saat Samuel Rizal dengan wajahnya yang songong itu membaret mobil Radit.

Ia problematik sebab humor-humor yang dilancarkan film Target tidaklah universal. Semua orang tidak punya referensi yang sama sebagai basis mengapa mereka harus tertawa.

Beberapa film asing juga hampir mirip dengan bagaimana film Target memandang humor. Film Game Night (2018) dan Deadpool (2016) juga banyak sekali menggunakan humor eksklusif, hanya saja mereka membahas selebritas Amerika.

Namun perbedaannya ialah, baik Game Night dan Deadpool tidak sebergantung itu pada humor eksklusif seperti halnya Target. Target banyak menjual lelucon ini secara konstan dan mengharapkan penonton bisa tertawa. Hasilnya tentu tidak seperti yang diharapkan.

Meski konsepnya sebenarnya menarik, film Target gagal mencapai target sebab eksekusinya serba tanggung. Cari tahu seperti apa dalam kelanjutan review Target di halaman sebelah!

Share this article

TENTANG PENULIS


Let's block ads! (Why?)



from Duniaku Network https://ift.tt/2MBUoZE
https://www.duniaku.net
via Harian Bingo
Blog, Updated at: Saturday, June 30, 2018

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts