Mesin Cetak 3D, Peluang Revolusi Industri Kreatif di Indonesia

Posted By Sendal on Sunday, May 31, 2015 | Sunday, May 31, 2015

JAKARTA - Mesin cetak tiga dimensi atau 3D dapat merevolusi berbagai industri di suatu negara. Mesin cetak 3D tidak hanya dapat mencetak objek-objek tiga dimensi seperti perkakas, tetapi juga organ tubuh manusia.

"Tidak diragukan bahwa cetak 3D memiliki potensi untuk merevolusi berbagai industri dan pasar di China. Masalahnya adalah begitu banyak klaim yang aneh-aneh apa yang dapat dilakukan oleh teknologi ini, ada yang benar-benar percaya bahwa organ tubuh manusia dapat dicetak di rumah Anda sendiri," ujar Wijaya Ng, Direktur Consulting di Ipsos Bisnis Consulting Greater China melalui keterangan resminya.

Penelitian baru dari Ipsos Business Consulting mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan aktif di China memiliki kesempatan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang cukup besar di pasar cetak 3D. Mereka diklaim menghilangkan sensasi tentang teknologi ini dan menjembatani kesenjangan pengetahuan antara produsen peralatan dan pengguna akhir (konsumen).

Wijaya mengatakan bahwa strategi yang paling sederhana untuk membangun industri cetak 3D di China adalah dengan mengomunikasikan secara jelas aplikasi praktis dari teknologi ini kepada pengguna akhir.

Sebagian besar orang di Indonesia belum memiliki pengetahuan tentang aplikasi praktis cetak 3D ataupun keterampilan yang diperlukan untuk mengoperasikan teknologi ini. Bahkan di antara mereka yang mengerti teknologi ini, hanya segelintir yang melihat kebutuhan akan kemampuan cetak 3D untuk pembuatan prototipe dan pembuatan komponen-komponen rumit.

Domy Halim, Country Manager Ipsos BC Indonesia, mencatat bahwa industri-industri manufaktur berteknologi tinggi dan penelitian dan pengembangan bidang medis yang bisa memanfaatkan teknologi cetak 3D ini sebagian besar terkonsentrasi di Amerika Serikat dan Eropa.

Kondisi di Indonesia saat ini terlihat semakin berkembang. Dalam hal ini, potensi cetak 3D di Indonesia yang belum terpenuhi akibat kurangnya informasi yang akurat dan tenaga kerja terampil di lapangan mirip dengan situasi di China.

"Biaya yang relatif tinggi dan kompleksitas pengoperasian mesin cetak 3D membuat teknologi ini saat ini sulit dijangkau oleh para pengguna mainstream di sini", tutur Juanri, Konsultan di Ipsos BC Indonesia. Akibatnya, permintaan akan cetak 3D di Indonesia tersegmentasi ke ceruk pasar di industri kreatif, seperti penggemar berat mainan yang ingin membuat mainan plastik sendiri dan desainer-desainer avant garde yang ingin membuat prototipe-prototipe dari konsep desain mereka.

Dengan bantuan dorongan dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif dalam negeri, dapat di yakini bahwa teknologi cetak 3D akan dapat mengembangkan potensinya di sektor ini.

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.



via Harian Bingo
Blog, Updated at: Sunday, May 31, 2015

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts