Headset VR Amankah Digunakan Anak-anak?

Posted By Sendal on Tuesday, October 04, 2016 | Tuesday, October 04, 2016

CALIFORNIA - Headset Virtual Reality (VR) cenderung berada dalam daftar keinginan anak-anak untuk mengisi musim liburan. Meski banyak perangkat VR disajikan beragam vendor, namun datang dengan batasan umur. Apakah teknologi yang sedang booming di era digital ini ramah dan aman untuk anak-anak?

Misalnya saja aksesoris headset VR dari Oculus Rift dan VR Samsung dianjurkan untuk usia 13+, sementara Sony rekomendasi untuk VR PlayStation adalah usia 12 tahun ke atas.

BERITA REKOMENDASI


Sedangkan pada HTC Vive tidak dirancang untuk anak-anak. Menurut perusahaan, anak-anak seharusnya tidak diperbolehkan untuk menggunakan headset sama sekali, dan Google menyatakan headset Cardboard harus digunakan anak-anak di bawah pengawasan orang dewasa.

Menurut laporan Director Creative Media & Behavioral Health Center di University of Southern California School of Cinematic Arts, Marientina Gotsis mengatakan, "Saat ini kami tidak memiliki cukup data tentang keamanan teknologi VR untuk anak-anak," ujarnya seperti disitat Scientificamerican, Selasa (4/9/2016)

"Dalam data penelitian, apa yang kita ketahui mengenai neuroplastisitas kemampuan otak untuk menata kembali dirinya. Anak-anak tidak membuat saya nyaman untuk direkomendasikan apa yang tersedia seperti sekarang ini," sambungnya.

Gotsis mengungkapkan, teknologi VR bisa berdampak lebih besar pada perkembangan otak dari anak-anak termasuk menggunakan dalam hal hiburan, kesehatan mental dan perilaku. Dia telah bekerja pada aplikasi VR untuk anak-anak, tetapi hanya dalam situasi yang sangat terkontrol.

"Otak sangat rentan terkontaminasi di usia muda, jika terlalu lama menggunakan perangkat ini maka bisa menimbulkan kerusakan. Anak-anak juga tidak bisa memahami bagaimana berkomunikasi saat mata kelelahan, kurang refleks, dan tentunya tidak nyaman," paparnya.

Kendati begitu, ini tak serta merta bahwa VR tidak aman untuk anak-anak. Menurutnya, bahwa keselamatan VR ini bervariasi sesuai dengan jenis perangkat, jenis konten dan waktu yang dihabiskan menggunakannya, pada individu anak yang menggunakannya.

"Salah satu kekhawatiran terbesar adalah dampak VR bisa saja pada mata anak-anak. Jika terlalu lama menatap layar akan menyebabkan kerusakan mata permanen," imbau Gotsis menambahkan.

Di sisi lain, beberapa ilmuwan seperti Peter Howarth, selaku Optometrist and Senior Lecturer in Visual Ergonomics di Loughborough University in United Kingdom, percaya ini adalah alasan beberapa orang mengalami gejala kerusakan mata saat melihat stimuli TV 3D dan bioskop, serta headset.

Tetapi, Howarth mengatakan ada bukti yang baik untuk menunjukkan bahwa hanya orang-orang dengan gerakan mata yang sudah lemah dan kontrol cenderung mengalami efek samping seperti sakit kepala dan kelelahan mata.

"Untuk anak-anak, gejala-gejala ini adalah indikator yang baik bahwa anak-anak ini perlu memeriksa mata mereka, sehingga headset VR benar-benar dapat membantu menangkap permasalahan yang ada," tambahnya.

"Anak-anak, di usia muda mengalami kesulitan membedakan mana realitas dari fiksi atau fantasi. Anda bisa membayangkan menempatkan mereka ketika menggunakan VR, bahwa ketidakmampuan untuk membedakannya," pungkas Howarth.

Misalnya, konten yang bisa menjadi traumatis jika dilihat di bioskop cenderung memiliki dampak yang lebih besar di VR. Dan efek negatif dari iklan dan peran model yang buruk di TV dapat dirusak cukup dengan menggunakan headset VR.

Let's block ads! (Why?)

http://ift.tt/2dY0tCk

Berita Lainnya Harian Bingo
Blog, Updated at: Tuesday, October 04, 2016

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts